Maret 24, 2011

Mesir: Antara Horus dan Ptolomeus



Awalnya Mesir merupakan daerah yang terpecah-pecah dan terdiri dari beberapa daerah kecil yang dalam bahasa Yunani disebut nomen. Lambat laun daerah-daerah bagian selatan bersatu dengan ibukotanya
Nachen, sedang bagian utara dengan ibu kotanya Bhuto. Menurut mitologinya, dewa terakhir yang memerintah bangsa Mesir kuno adalah Dewa Horus. Dewa ini kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada keturunannya yang menjelma menjadi manusia yang disebut Pharouk atau Fir’aun yang artinya istana. Sejak pemerintahan Fir’aun maka mulai terbentuklah kerajaan Mesir raya yang terdiri atas tiga zaman.
a.       Kerajaan Mesir tertua (3.400-2.160 SM)
Raja kerajaan Mesir tertua adalah Pharouk Menes yang berhasil mempersatukan wilayah utara dan selatan. Itulah sebabnya ia dikenal dengan sebutan Nesut Bitti, yaitu Raja Negeri Mesir Hulu dan Mesir Hilir yang memakai mahkota kembar. Raja-raja yang terkenal pada zaman kerajaan Mesir tertua adalah Chufu (Cheobs), Chefren, dan Menkeure. Pada masa pemerintahan ketiga raja itu, kebudayaan mesir sudah sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bangunan-bangunan monumental, seperti piramid, sphinx, obelisk, dan kuil. Raja terakhir dari kerajaan Mesir tertua adalah Raja Pepi II yang memerintah sekitar tahun 2.500 SM. Setelah ia meninggal, kerajaannya terpecah belah menjadi daerah-daerah kecil yang diperintah oleh kaum bangsawan.
b.      Kerajaan Mesir Pertengahan (2.160-1788 SM)
Sekitar tahun 2.160 SM, Sesoastris III dapat mempersatukan Mesir kembali. Kemudian ia memperluas daerah kekuasaannya sampai ke daerah Namibia. Di daerah ini ia membangun 12 benteng pertahanan, selanjutnya menyerbu Palestina dan berhasil menduduki Sichem. Pada zaman ini raja-raja Mesir yang meninggal dunia tidak lagi dimakamkan dalam piramid melainkan disimpan dalam gua-gua karang. Raja yang terkenal dari Kerajaan Mesir pertengahan ini adalah Amenhoteb III. Usaha yang pernah dilakukannya adalah mengeringkan daerah Fayun yang berawa-rawa dan dijadikan sebagai daerah pertanian yang sangat subur. Setelah Amenhoteb III meninggal, kerajaan Mesir kembali terpecah belah dan kemudian direbut oleh bangsa Hyksos. Bangsa Hyksos menguasai Mesir sekitar tahun 1.788-1500 SM. Dari bangsa Hyksos inilah bangsa Mesir mempelajari siasat perang dengan memakai baju zirah dan senjata api.
c.       Kerajaan Mesir Baru (1.500-1.100 SM)
Pada tahun 1.500 SM bangsa Hyksos berhasil diusir oleh bangsa Mesir di bawah pimpinan raja-raja Thebe. Mesir yang telah mengalami kehancuran dibangun kembali. Kota Thebe diperindah karena kota tersebut dianggap sebagai kota kediaman Dewi Amon. Sejak zaman Mesir baru, Dewi Amon disamakan dengan Dewa Ra atau Amon Ra. Raja-raja Thebe yang dianggap sebagai pembebas bangsa Mesir dari penguasa bangsa Hyksos adalah Ahmosis I dan Thutmosis I. Raja terbesar dari zaman ini adalah Thutmosis III yang mengawini adik kandungnya sendiri yaitu putir Hatsepsut. Thutmosis III kemudian digantikan oleh anaknya Thutmosis IV dikenal dengan nama zaman Amarna. Raja yang memerintah adalah Amenhoteb IV yang memindahkan ibu kota dari Thebe ke Amarna.
Dinasti terakhir yang memerintah Mesir adalah Dinasti Ptolomeus. Dinasti ini merupakan dinasti ke-32 (332-30 SM) dengan raja terakhirnya adalah Ratu Cleopatra. (Sejarah, Nico Thamiend. Penerbit Yudhistira).

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar