Maret 24, 2011

Eyes of Western Hemisphere: Khaddafi, Saddam, dan Ahmadinejad


Berita terbaru mengenai Lybia adalah mulai turunnya hujan missil tomahawk di kota-kota di sana. Hal ini menunjukkan bahwa dunia barat tidak akan pernah berhenti untuk selalu menggoyahkan Timur Tengah. Berbagai aksi demonstrasi yang belakangan marak terjadi di negara-negara semenanjung Arab dikhawatirkan diintervensi oleh
dunia barat, terutama Amerika. Amerika Serikat dan sekutunya merasa memiliki kepentingan terhadap ladang minyak yang bertebaran di Timur Tengah.
Moammar Khaddafi, pemimpin Lybia, bersikeras untuk mempertahankan negaranya dengan segala upaya terhadap serangan missil dari Amerika, Perancis , dan Inggris. Tanggal 20 Maret 2011, Minggu dini hari pukul 02.00 WIB, Tripoli ibu kota Lybia dihantam rudal tomahawk dari segala penjuru kota. Puluhan warga tewas dan ratusan lainnya terluka. Serangan rudal tidak hanya terjadi di ibu kota Tripoli, tetapi juga di daerah Misrata. Diperkirakan bahwa kota-kota lainnya seperti Benghazi, Zawiya, dan Bin Jamah juga akan menjadi target serangan rudal. Hal ini dikarenakan tujuan dari pasukan koalisi adalah untuk menghancurkan basis pertahanan negara tersebut secara menyeluruh. Radar dan pelontar missil darat menjadi target serangan agar pertahanan udara Lybia lumpuh dan pasukan koalisi dapat merangsek masuk. Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, mengatakan bahwa intervensi kepada Lybia dirasa harus karena negara tersebut sudah tidak lagi menghargai nyawa rakyat sipil yang menentang rezim yang berkuasa. Nicholas Sarkozy dan David Cameroon pun senada dengan hal tersebut.
Jika kita flashback ke belakang maka kita akan ingat bahwa Amerika dan sekutunya juga telah melakukan invasi ke Afghanistan, Irak, dan berikutnya mungkin Iran. Semua negara-negara ini adalah sekutu penting Amerika di masa terdahulu. Kalaupun bukan negaranya, ada orang penting dan kepercyaan Amerika di negara tersebut. Masih ingat dengan perang Irak dan Iran tahun 1980 yang menewaskan banyak korban jiwa. Perang ini dilatarbelakangi oleh adanya perang dingin antara Amerika dan Uni Sovyet yang kini dikenal dengan Rusia. Amerika berada dibalik Irak dan Uni Sovyet berada di balik Iran sehingga kedua negara (Irak dan Iran) yang sedang berperang ini sangat kenyang dengan logistik senjata dari sekutunya masing-masing. Begitu perang berakhir maka Irak dengan Saddam Hussein-nya membangkang dan balik menentang Amerika sehingga membuat dirinya harus berakhir di tiang gantungan.
Bagaimana dengan Iran? Iran lambat laun mengabdi kepada Barat mengikuti jejak Irak. Dalam invasi Amerika ke Afghanistan untuk dalil menumpas terorisme global dalam hal ini adalah Talliban dan Al-Qaida, Iran adalah negara yang mempunyai andil besar terhadapnya. Amerika hanya memerlukan Iran untuk secara mutlak mengepung Talliban dari segala penjuru karena di selatan sudah ada Pakistan dan di Utara ada Kazakhstan. Akhirnya Iran secara sukarela memberikan wilayahnya untuk menjadi Camp Militer agar dapat membantu perjuangan Amerika. Tujuan atau kepentingan Iran adalah untuk menumbangkan rezim Syiah di Afghanistan karena Iran sendiri adalah Sunni yang selalu bertikai dengan komunitas Syiah.
Lalu apa yang terjadi sekarang? Iran menantang Amerika. Ini karena Iran akhirnya telah menyadari kemunafikan dunia barat. Tapi sayangnya ketika Iran telah menyadari akan hal itu, mereka telah terkepung karena tipu daya mereka sendiri. Di Utara ada Uzbekistan, di selatan ada Pakistan, di Timur ada Afghanistan, dan di barat ada Irak. Negara-negara ini kini telah menjadi bawahan kendali Amerika. Lantas hendak kemanakah Iran dengan Syiah-nya harus mengadu? Invasi hanya tinggal menunggu waktu saja.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar